Minggu, 18 Juli 2010

AYO MEMASAK....!!




Malam itu aku, suami dan anakku duduk bersama di meja makan saat makan malam tiba. Aku menatap hidangan yang tersedia diatas meja. Menu hari itu yaitu; semur bola daging, sayur bening dan pergedel jagung.Tak satupun itu hasil olahanku.Tentu saja si Tusiyem dengan setia memasakkan untuk kami sekeluarga.
Secara tak sadar aku teringat kembali akan pertemuanku dengan seorang ibu sederhana yang biasa di panggil Mbak Tris (58) oleh sahabatku. Pertemuan ini amat mengesankan hatiku, sehingga aku memutuskan untuk menulisnya agar siapa tahu bisa menjadi sumber inspirasi bagi orang lain juga.
Mbak Tris adalah seorang janda yang telah ditinggal pergi oleh suaminya kira kira 10 tahun yang lalu.Tentu tak mudah menjanda dengan usia relaif muda, kurang lebih 48 tahun.
Sebenarnya saat pertemuanku dengannya, ia tak terlalu banyak berbicara juga. Tetapi dari apa yang diceritakannya, aku menangkap ia adalah sosok seorang ibu yang penuh cinta kasih kepada keluarga terutama kepada anak anaknya. Seorang ibu yang tanpa pamrih mengabdi untuk mengurus semua keperluan keluarga, seperti mengasuh anak anak, mendidik dan memasak untuk seluruh anggota keluarga. Nah..,kegiatan yang terakhir ini- kata sahabatku - adalah kegiatan yang paling disukainya. Katanya sayur lodeh bikinan Mbak Tris, adalah made in Cirebon yang bisa bikin sahabatku terkangen kangen!
Dari sejak awal pernikahannya Mbak Tris selalu memasak untuk suami dan anak anaknya. Entah mengapa, sesaat aku merenung teringat Mbak Tris, saat aku menatap masakan yang terhidang tadi malam diatas meja makanku. Aku menjadi malu sendiri dan menyadari kalau aku jarang memasak untuk suami dan anakku. Betapa aku tidak bisa menjadi seorang ibu yang mengabdi dan berbakti kepada keluarga yang semestinya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Mbak Tris.
Melalui baktinya selama ini, Mbak Tris telah menuai ‘buah’ dari anak anaknya yang telah ‘mengembalikan’ cinta kasih dan perhatian mereka yang besar kepada ibu mereka. Anak anaknya telah hidup mandiri dan tak satupun dari mereka yang menyusahkan Mbak Tris. Semua ingin membahagiakannya walau empat dari anak anaknya tinggal di luar kota.
Pertemuanku dengan Mbak Tris mampu membuatku merenung tentang diriku sendiri yang tak ada apa apanya dibanding dengan apa yang sudah ia berikan kepada keluarganya.
Ia sosok sederhana, namun mampu memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Ia layak dan harus percaya diri mendapat reward dari apa yang sudah ia berikan hingga kini. Sedangkan aku? Memasakpun aku tak mampu!
Aku menjadi maklum, kalau memang benar adanya, masakan adalah salah satu saluran bentuk cinta kasih yang tiada duanya!
Ayo kembali memasak dan mengabdi…!!(Rosiany T. Chandra, ditulis pada tanggal 17 Desember 2009)
Selamat Jalan Mbak Tris...