Rabu, 24 November 2010

Tangga Aborsi


Ia tetap ada disana
walau terasah masa
menukik tajam ke lembah
curam menerjal batas usia
kokoh merekam detak sejarah

Kembali ku kesana
bertanya pada pohon beringin
sudah kah ia berkisah padamu tentangku?

Mendaki tangga menapak seirama
kita berkisah tentang dunia yang tak senada
Perih tetap terasa..
saat sepakat meniti jalan bersimpang
Genggaman tangan di gagang payung
masih terasa hangat menyentuh jemariku.
Serpih hujan awal November itu
Teriris hatiku menjadi jadi.

Masih kita melempar senyum
Di ujung tangga
Ku berpaling segera
menepis duka yang menghentak
tak tertahankan…

Sambil bergegas kutelan doa
semoga hidup menyapamu ramah

RTC

2 komentar:

  1. Manis sekali puisinya Sian, hmm..nampaknya ada kisah sedih dan romantis ya di tangga yang namanya menyeramkan ini :)). Untaian kata yg dalam menyentuh kalbu. Oya berapa usia tangga ini? Memang bentuknya walau curam tapi juga romantis, makanya menimbulkan inspirasi yang indah ya

    BalasHapus
  2. Sepertinya pas ya kalau bicara cinta dalam menapak setiap anak tangga ini ya. ha ha ha....Usia tangga? Seumur usia cinta itu sendiri! ha ha ha .......Trims ya Uti utk commentnya. Aku jadi bersemangat nih..

    BalasHapus