Kamis, 29 Desember 2011

Pastor Leo Van Beurden, OSC TAK PERNAH DIDOAKAN, TAK PERNAH DIMIMPIKAN


Barangkali kita masih belum lupa, bahwa pada hari Jumat, 29 April 2011 lalu adalah hari perkawinan Pangeran William dengan Kate dari negeri Inggris. Hari itu banyak orang yang nongkrong di depan TV, guna langsung menyaksikan peristiwa bersejarah itu.

Situasi itu pula yang sepertinya terjadi di ruang rekreasi pastoral Gereja Katedral, Bandung. Tak lama kemudian, seseorang menyampaikan pada Pastor Leo, bahwa ada telepon dari negeri Belanda untuknya. Ia pun digiring ke arah arena tempat berkumpulnya tamu- tamu yang ingin menyaksikan “ peristiwa bersejarah” tersebut.
Ternyata yang menelepon adalah walikota Kerkdriel, kota kecil tempat kelahiran Pastor Leo di negeri Belanda. Masih dengan terheran-heran, Pastor Leo menjawab suara dari video call yang ditayangkan Skype melalui layar tancap yang telah dipersiapkan itu. “ Apakah anda bisa melihat saya ? “, terdengar suara dari seberang sana. “ Ya, saya melihat anda, seorang bapak dengan kumis yang terhias rapi! “, demikian gurau Pastor Leo yang memang dari sononya kocak. Hadirin pun gelak tertawa, baik yang ada di Katedral saat itu, maupun yang ada di negeri Belanda, seperti yang tampak jelas di latar belakang layar.

Barisan Kesatriaan

Sejurus berselang, sang walikota mengambil sebuah lencana dan mengarahkannnya ke kamera, sehingga tampak jelas bentuk serta warna lencana tersebut. ”Orde Van Oranje – Nassau memberikan penghargaan ini kepada anda dan sekaligus mengangkat anda sebagai Ridder in de Orde Van Oranje – Nassau”, pesan sang walikota dalam bahasa Belanda. Langsung riuh gemuruh suara tepuk tangan bersamaan terdengar bersamaan, baik dari Katedral, Bandung maupun yang berasal dari sejumlah penonton yang ada di Belanda. Itu adalah kali pertama kali bagi Orde Van Oranje - Nassau, memberikan sebuah penghargaan melalui sebuah tele-conference.
Ini adalah sebuah kejutan luar biasa yang sedikitpun tak pernah mampir dibenaknya. Seperti yang ia ungkapkan kemudian: “ Sama sekali tak pernah di doakan, tak pernah di impikan, tak pernah disangkakan! “

Ridder in de Orde Van Oranje – Nassau artinya adalah Ksatria dari Orde Van Oranje – Nassau. Orde Van Oranje - Nassau adalah keluarga dimana ratu dan raja Belanda berasal. Penghargaan ini diberikan setiap tahun oleh Kerajaan Belanda kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa bagi sebuah karya pelayanan di bidang sosial kemasyarakatan. Singkatnya, Pastor Leo Van Beurden resmi masuk dalam barisan ksatriaan dari Orde Van Oranje – Nassau sejak 27 Desember 2010 dengan nomer 10.003604, demikian yang tertera pada serifikat dan lencana yang ia terima secara fisik pada tanggal 19 Juni 2011 di negeri Belanda, langsung dari sang walikota Kerkdriel.

Sebuah Kejutan Bagi Imamat ke Empat Puluh

Semula, kejutan ini akan diberikan sebagai hadiah bagi imamatnya yang ke empatpuluh, pada 27 September tahun lalu. Namun karena berbagai kendala yang dihadapi, terutama tentang status kewarganegaraannya yang sudah WNI, ternyata memakan waktu lebih lama dari perkiraan semula. “Meski demikian, akhirnya berbagai surat rekomendasi yang diperlukan berhasil dikumpulkan oleh berbagai pihak yang sudah membantu, terutama dari seorang rekan sesama OSC di Bandung, yang dikontak oleh Gerard, kakak saya.”, tambah pastor Leo. Usaha itu kemudian membuahkan hasil, ketika Februari 2011, didapatlah sebuah kepastian dari Orde Van Oranje – Nassau.
Sejak itu diaturlah berbagai strategi yang diperlukan, bagaimana mengupayakan pemberian penghargaan tersebut pada tanggal 29 April 2011, mengingat pada tanggal itu Pastor Leo tidak bisa berada di Belanda.

Karya Sosial Kemasyarakatan

“Sebenarnya masih banyak orang lain yang lebih berjasa dan layak menerima penghargaan ini dari saya “ ujar Pastor yang sejak 1971 berkarya di Indonesia ini. “Namun saya bersyukur dan beruntung karena toch, pada akhirnya saya merasa bangga, karena merasa ada yang menghargai pekerjaan saya” , ungkapnya dalam logat Belanda yang kental.
Salah satu yang mendasari keputusan pemberian penghargaan ini adalah, semangat misi pelayanannya yang tak pernah surut di luar negeri, tiga bulan semenjak ia ditahbiskan di negeri kelahirannya. Selain itu, karya sosialnya terutama di bidang pendidikan, koperasi serta pelayanan orang sakit tentu mendapat catatan tertentu dalam keseluruhan penilaian tersebut. Di bidang pendidikan, Pastor yang humoris ini adalah ketua Yayasan Salib Suci sejak Mei 1999 hingga kini. Yayasan ini membawahi enampuluhsembilan sekolah katolik ( tigabelasribu anak) yang tersebar di Jabar, bukan hanya di Bandung, melainkan sampai ke Indramayu, Pamanukan, Ciledug- Cirebon, Jatibarang ( duapuluh enam lokasi) dll. Kecintaan serta totalitasnya pada dunia pendidikan tak perlu diragukan lagi, dimana ia turut serta membangun dalam meletakkan nilai – nilai dasar di sejumlah sekolah katolik tersebut pada awalnya. ” Saya berusaha supaya anak-anak mendapat pendidikan; pertama budi pekerti, kemudian menjadi orang yang cerdas, jujur, berdisiplin, bersih dan cinta sesama manusia”, ungkapnya.
Keprihatinannya pada bidang sosial ekonomi juga tampak dalam karya nyatanya dalam membangun koperasi bagi nelayan di Indramayu, pada masa awal kedatangannya di Indonesia.

Sejurus itu, tanggung jawab sebagai pastor kepala, St. Petrus- Bandung tetap ia lakoni sehari-hari. "Seminggu sekali orang-orang yang merasa lapar dan tidak kebagian berkat yang Tuhan sediakan, ya gelandangan, pemulung, fakir miskin datang ke halaman saya dan diberi makanan. Mereka bisa makan sampai kenyang dan hanya bayar dua ribu rupiah.” ujar pastor yang tak canggung bergaul dengan lapisan masyarakat manapun ini. Menyikapi soal kerukunan antar umat, mantan Vikjend Keuskupan Bandung ( 1988- 1997) ini berkata: “Saya berusaha menjalin hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh agama lain dengan mengadakan pertemuan dengan mereka”

Selain mengemban karya pastoral dimana ia ditempatkan, pastor kelahiran 1942 ini, masih sempat menulis tiga buah seri buku ‘How To Enjoy The Holy Bible’ yang sampai kini masih dicetak ulang. Dua buku berisi kumpulan khotbah-khotbahnya juga sudah di terbitkan.
Agaknya semua yang ia kerjakan, telah mendapat perhatian khusus dan menjadi bagian yang penting dari Orde Van Oranje - Nassau, dimana dalam keputusannya memang tak terkait dengan agama tertentu.

“ Saya berterima kasih kepada umat dan Keuskupan Bandung, terlebih-lebih kepada teman se ordo, OSC ( Ordo Salib Suci), yang telah memungkinkan saya bisa berkembang hingga saat ini “, demikian pesannya pada akhir pembicaraan.(Rosiany T. Chandra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar