Sabtu, 16 Juli 2011

Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D.


KARYA ILMIAH BAGI MASYARAKAT

Acapkali ia mengawali aktifitasnya di pagi hari dengan mengikuti misa di stasi St Theodorus – Sukawarna, Bandung yang terletak persis di depan rumah tinggalnya. Rumah tinggal Rektor Unpar yang baru terpilih ini, sama sekali tidak menyiratkan kemegahan seperti posisi yang akan diembannya. Bahkan cenderung sederhana namun terasa ramah, sama seperti sikap si tuan rumah yang hangat menyapa.

Hasil rapat seluruh organ yayasan yang terdiri dari Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan Universitas Katolik Parahyangan pada tanggal 17 Juni 2011 yang lalu, telah menetapkan pria yang santun ini menjadi Rektor Universitas Katolik Parahyangan untuk periode 2011-2015, yang baru akan dilantik Oktober mendatang. Ia adalah Prof. Robertus Wahyudi Triweko, Ph.D.

Triweko, pria kelahiran Karanganyar, Surakarta, limapuluh tujuh tahun yang silam ini berhasil mengungguli dua calon Rektor lainnya, yakni: Dr. Ulber Silalahi dan Dr. Pius Sugeng Prasetyo. Keputusan tersebut didasarkan pada berbagai penilaian, yang dimulai dari sesi wawancara, serangkaian tes hingga presentasi program kerja pada seluruh Civitas Academica yang disaksikan oleh segenap anggota yayasan. Penilaian dari dua konsultan eksternal yang terlibat, juga menjadi dasar keputusan yayasan dalam memilihnya, untuk menggantikan posisi Dr. Cecilia Lauw yang akan segera berakhir.

Guru Besar Hidroteknik

Sejak menyelesaikan program studi Sarjana Teknik Sipil di Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan pada tahun 1980, ia mengajar di almamaternya. Berbagai tugas dan jabatan struktural pun pernah diembannya, antara lain Pembantu Rektor Bidang Administrasi dan Keuangan, Pembantu Rektor Bidang Kerjasama, Ketua Program Magister Teknik Sipil dan Dekan Fakultas Teknik Sipil sampai pada ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar Hidroteknik pada bulan Desember tahun 2007.
“Serangkaian pengalaman menjalani proses seleksi bakal calon Rektor Unpar, yang terbuka bagi peminat dari luar kampus Unpar, telah memperkaya saya. Seandainya saya tak terpilihpun, proses pemilihan ini sudah menjadi sebuah pembelajaran yang tak ternilai harganya”, paparnya dengan mimik tulus, yang mencerminkan kerendah hatiannya.

Keterlibatan Di Area Publik dan Swasta

Seperti yang ada dalam pemaparan rencana visi dan misi arah program kerja yang sudah ia presentasikan, ia melihat beberapa pemahaman tentang permasalahan yang dihadapi Unpar saat ini. Pemahaman tersebut tertuang dalam dua butir keprihatinan yang akan menjadi basis penataan program kerjanya mendatang. “ Pertama, saya melihat semangat kerja adalah kunci utama yang perlu dibangkitkan dari sebuah sumber daya manusia”, sampainya dengan sorot mata optimis. “Dengan semangat itu pula, dedikasi yang diiringi dengan konsolidasi dalam rangka transformasi ini, akan menghasilkan semangat kebersamaan”, demikian tambah suami dari Cresentia Triweko.

Lebih lanjut ia berharap, agar melalui kebersamaan ini, nilai nilai dasar yang sudah ditanamkan oleh para pendiri Unpar bisa digali, disegarkan dan dirumuskan kembali. Sejurus itu, ia memaparkan bahwa, program pelatihan kepemimpinan, lokakarya teknik pengajaran, pertemuan ilmiah dsb nya, diharapkan mampu meningkatkan kualitas serta kepercayaan diri para dosen yang tetap adalah tulang punggung sebuah Universitas. Jalinan kerjasama Unpar dengan beberapa univeristas di luar negeri akan memfasilitasi pilihan studi lanjut para dosen untuk program doktoral, yang menjadi syarat utama bagi posisi dosen tetap.

“Kedua, terkait dengan pengembangan Unpar ke depan, perlu dilakukan penataan sistem di tubuh Unpar, agar visi dan misi Unpar lebih menggema” ujar Triweko. Dewasa ini, belum banyak kontribusi nyata dari Universitas di Indonesia pada umumnya kepada pembangunan bangsa. Salah satu misi Unpar yang ingin diwujudkannya adalah, realisasi pengkajian ilmiah serta penerbitan karya dan jurnal ilmiah bagi kepentingan publik/lembaga pemerintah.

Triweko antusias, melalui karya ilmiah tersebut, keterlibatan karya dosen dan mahasiswa di masyarakat dapat memberi manfaat secara langsung kepada yang membutuhkan. Dengan demikian, peran serta Univeristas secara aktif dalam membangun masyarakat dan bangsa akan menjadi nyata, sesuai visi Unpar yang berbunyi : ‘Menjadi Komunitas Akademik Beriman Yang Mengembangkan Potensi Lokal Pada Tataran Internasional Demi Peningkatan Martabat Manusia.’
“ Keterlibatan Universitas Katolik Parahyangan di area publik dan di area swasta yang belum terbangun, akan dibina di waktu mendatang”, janjinya dengan optimis.

Ketika disinggung tentang Fakultas Teknik Arsitektur yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di Unpar, ia mengatakan bahwa sebenarnya di Unpar tak ada istilah fakultas favorit. Masyarakatlah yang telah memberi penilaian tersebut. Sedangkan Fakultas Filsafat yang di masa lalu identik dengan fakultas para calon imam, ia berkomentar : “Sudah beberapa tahun ini, Fakultas Filsafat mengembangkan program studi Filsafat Budaya yang terbuka bagi awam/non katolik, sehingga cap yang diberikan kepada fakultas tersebut, tak sepenuhnya benar lagi”, tandas ayah dari tiga orang puteri ini.

Menanggapi tentang sempat timbul atau sekurangnya ketidakharmonisan di masa lalu antara pihak rektorat dengan yayasan, Triweko berpendapat :”Kuncinya adalah hal komunikasi. Layaknya dalam sebuah keluarga besar, seiring dengan komunikasi yang terbuka, produktifitas akan meningkat”. Ia tidak menampik ketika dikatakan Unpar adalah sebuah universitas katolik yang tidak terlalu membawa bendera katolik. Namun Triweko beraspirasi: “Kendati di ruangan ruangan tidak ada salib, semangat katolisitas itu tidak hanya ditampilkan dalam wujud simbol-simbol saja, namun lebih pada perilaku dan sikap yang mencerminkan kekatolikan itu sendiri”. “ “Selain itu, hal tersebut adalah warisan dari para pendiri, yang pada dasarnya ingin memberikan proses pembelajaran bagi setiap orang, tanpa membedakan agama tertentu”, ujarnya dengan bijaksana.

Mengggereja

Triweko, yang punya hobbi fotografi dan penikmat wisata alam ini, tampak bugar dan sangat bersahaja dalam bertutur kata. Setiap kalimat yang diucapkannya selalu didasari data detail yang cermat, menandakan sikap ketelitiannya. Mewarnai kesibukannya di Unpar, beberapa tahun yang lalu, ia masih sempat menjabat sebagai ketua Stasi St. Theodorus, Paroki Pandu, Bandung selama dua periode. “Sampai saat ini ia masih menjadi wakil ketua PGAK Stasi dan masih sempat menghadiri pertemuan lingkungan”, demikan sampai Pak Suraji, mantan ketua lingkungannya.

“ Pak Triweko, adalah seorang yang ulet, teliti serta teguh memegang visi dan misi Unpar. Ia juga seorang yang humanis serta memiliki kemampuan dokumentasi yang bagus”, kesan Pak Hubertus, dosen di Unpar, sekaligus umat satu lingkungan.

Menyikapi kemungkinan adanya potensi lokal yang bisa dijadikan sumber hal yang positif bagi dunia pendidikan di luar negeri, ia berfilosofi: ”Ketika kita ingin tumbuh sebagai pohon yang besar, kita harus berakar di tempat itu dulu, agar tak mudah roboh”.(Rosiany T Chandra)

3 komentar:

  1. Untuk pak Triweko.
    Selamat, Unpar memiliki Rektor baru yang ilmuwan namun rendah hati dan bersahaja.
    Semoga Unpar makin maju berkembang di bawah tangan pak Tri.
    Selamat juga untuk ibu Rosiany yang menuturkannya dengan baik sekali.
    Salam,
    Heri Kartono.

    BalasHapus
  2. Selamat dan salam untuk Prof Triweko. Bapak adalah ayah penguatan saya saat di Fort Collins tahun 1988. Semoga Tuhan senantiasa menganugerahi Prof. Triweko dengan badan yang sehat serta kebijaksanaan dalam menjalani panggilan hidup.


    Salam,
    Dipa S Komala
    CSU Alumni 1989

    BalasHapus
  3. Selamat untuk Prof Triweko yang adalah bapak penguatan saya saat menerima sakramen penguatan di Fort Collins, CO tahun 1988.

    Beliau memang sangat baik dan meneduhkan.

    Sukses ya Prof. semoga selalu di anugerahi dengan fisik yang prima dan kebijaksanaan dalam memimpin serta dalam menjalani kehidupan.


    Salam,
    Dipa S Komala
    CSU Alumni - 1989

    BalasHapus