Sabtu, 14 Mei 2011

Stok Lama, Wajah baru



Tentu kita sudah tak asing dengan sosok yang berkumis rapih dan berkacamata minus ini, ketika ia tampil kembali diatas mimbar mengisi misa misa yang ada di Pandu. Dengan artikulasinya yang amat jelas, khotbahnya amat mudah dipahami dan menyapa setiap umat dengan akrab. Penampilannya berbalut percaya diri seakan berada di rumah sendiri. Tak ayal, ia memang ‘besar’ dan tumbuh di Pandu. Setiap pojok dari gereja Pandu dikenalnya dengan baik.

Sejak TK hingga SMP, ia memang bersekolah di sekolah Pandu dan menjadi putera altar semenjak menerima komuni pertama. Praktis pada masa kecilnya ia sering bermain di halaman pastoran dengan teman- temannya. Sejak itulah titian jalan kehidupannya kelak memang tak lepas lagi dari pastoran.

Pastor Setevanus Budi Saptono, OSC, yang kita sapa akrab dengan pastor Tonno kini bertugas kembali di Pandu, semenjak ia meninggalkan Pandu pada tahun 2006 untuk menerima tugas penggembalaan di St Helena – Lippo Karawaci, Tangerang. Ia adalah satu- satunya putera asli Pandu yang kini menjadi seorang biarawan.

Terlahir dari orang tua N. F Sukemi (dari kesatuan AURI) dan Christiana Djumilah (mantan perawat), ia adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Lulus SMP, pada tahun 1985 ia masuk Seminari Menengah Cadas Hikmat. Seiiring dengan itu ia bersekolah di SMA St Maria I di Jl Bengawan, Bandung. Kemudian pada tahun 1988, ia melanjutkan ke Novisiat di Jl Sultan Agung. Bersamanya ada Pastor Rosaryanto, Pastor Anton Subianto, Pastor Hendra Kimawan, Pastor Eka Wahyu, Pastor Tarpin dan Pastor Dedi Andreas, sebagai sesama biarawan OSC. Sejurus dengan itu ia berstatus mahasiswa Filsafat & Teologi Unpar.

Kaul I nya pada tahun 1990, disusul kaul kekal tiga tahun kemudian. Tahun Orientasi Pastoralnya ia selesaikan pada tahun 1992 di Cigugur. Selanjutnya ia menerima tahbisan diakon pada tanggal 26 Juni 1996 dan pada tanggal 4 Desember 1996 ditahbiskan sebagai imam bersama-sama dengan Pst Eka Wahyu dan Pst Dedi Andreas
Sebelum pentahbisannya, ia sudah dipercaya mengemban tugas sebagai Rektor Seminari Menengah Cadas Hikmat. Selain mengajar disitu, ia juga mengajar di ITENAS, STT Telkom dan St Maria sampai tahun 1998.

Tugas parokialnya yang pertama adalah di Agats, Papua, yakni pada tahun 1998 – 2003. Cukup lama juga ia bertugas disini serta mengalami banyak pengalaman hidup yang kelak mematangkan tapak perjalanannya sebagai seorang biarawan. Ketika sekembalinya dari Agats, selain sebagai pastor rekan di Pandu, ia pun aktif di Komsos Keuskupan Bandung, sebagai pemimpin di majalah keuskupan, KOMUNIKASI. Selain itu ia juga adalah salah satu tim dari Tribunal/Pengadilan Gereja Katolik seiiring dengan tugasnya di Pandu hingga 2006.

Pastor Tonno ikut meletakkan dasar-dasar dari paroki St Helena – Lippo Karawaci( paroki ke 58 di KAJ ), yang pada saat ia memulai tugasnya disana pada tahun 2006 masih berstatus sebagai stasi dari St Monika, BSD. Hingga pada awal tahun lalu (2010), ia berangkat ke Manila dalam On Going Formation selama sembilan bulan. Sekembalinya dari Filipina, ia mendapat tugas dari Propinsial untuk kembali ke ‘rumah’nya yang dulu, Pandu.

Ketika ditanyakan tentang pengalaman hidup di Agats, Papua, ia mengatakan: “Kendati tingkat kejenuhannya amat tinggi, Papua tetap menjadi daya tarik yang unik, dimana pada saat yang bersamaan ketika jiwa petualang seseorang itu dibangkitkan, di dalamnya, kita mengalami proses kematangan diri serta menemukan sarana dalam menggali sumber-sumber potensi yang ada, demi sebuah proses pendewasaan”, demikian papar Pastor yang gemar melukis karikatur ini.

Sebagai pastor rekan di Pandu, ia terlibat dalam pembinaan OMK. Ia menaruh simpati terutama pada mahasiswa-mahasiswa pendatang yang banyak tinggal di rumah-rumah kos. Ketika ditanyakan, bagaimana ia melihat Pandu saat ini, sosok stok lama, wajah baru ini mengatakan dengan bangga : “ Bangunan megah tegak berdiri, sebagian besar umat yang ia jumpai masih termasuk stok lama”. “ Model –model kegiatan memang tampil lebih segar dengan “baju baru”nya, namun corak kegiatan masih tetap mengacu pada pedoman yang sama”, demikian tambahnya.

Tentang keberadaan Ruang Adorasi dan Gua Maria, ia mengatakan paroki telah menanggapi baik kebutuhan psikologis umat akan sebuah oase keheningan ditengah-tengah letak gereja yang mau tak mau ikut dalam perkembangan tata letak kota yang kian padat.
Selain berolahraga badminton kegemarannya dan bernyanyi karaoke, pastor Tonno kembali diminta membantu di Tribunal, sebagai komisi kanonis, di Keuskupan Bandung.

MUDA BERKREASI, TUA BER REKREASI, demikian motto hidupnya.

Rosiany T Chandra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar