Rabu, 23 Mei 2012

Orasi Dies Natalis Unpar ke 57

Orasi Dies dengan tema “Dekonstruksi Neokolonial: Sebuah Upaya Menuju Telologi Postkolonial” disampaikan oleh Pastor Dr. Ignatius Eddy Putranto, OSC saat Perayaan Dies Natalis Universitas Katolik Parahyangan yang ke 57 di GSG Unpar, Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung pada tanggal 17 januari 2012 yang lalu.
Melalui tema orasinya, Dosen Fakultas Filsafat Unpar ini menandaskan bahwa proyek Teologi Postkolonialisme pada dasarnya adalah sebuah metode pencarian makna dan kajian kritis atas wacana-wacana resistensi terhadap pengalaman traumatis era kolonial sebagai bagian upaya artikulasi jati diri yang tengah berkembang di tengah masyarakat( bekas ) jajahan. Berkat upaya kritis ini diharapkan timbullah sebuah reorientasi konseptual yang bisa menyembuhkan luka sejarah dan mengubah rasa inferioritas yang kerap hidup di kalangan masyarakat yang terjajah.
“Namun pada kenyataannya, berakhirnya masa kolonialisme modern tidak dengan sendirinya menciptakan suatu kehidupan yang sungguh merdeka. Pemerintahan baru yang terdiri dari para bumi putera dengan kental masih mewarisi tabiat kolonial dengan memandang rakyat dengan cara pandang kolonial”, ujar pastor Eddy dengan berapi-api. Lain kata, para pejabat negara masih memandang dirinya sebagai penguasa dan melihat rakyat sebagai budak dan hamba, bukan sebagai warga negara. Akibatnya, kesejahteraan rakyat kerap dikurbankan demi kesejahteraan penguasa. "Azas kedaulan rakyat kerap pudar di bawah bayang-bayang azas kedaulatan (penguasa) negara!" Itulah warisan kolonial yang kerap masih bertahan dalam era kemerdekaan.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa akibatnya kelanjutan kolonialisme di era postkolonial saat ini mengambil wujud baru secara informal dalam rupa Neo-kolonialisme, seperti imperialisme baru yang sulit dilacak siapa siluman yang bertindak dan bertanggung jawab. Salah satunya disebutkan bahwa kapitalisme global telah menjadi alat Neo-kolonialisasi.
Dalam akhir orasinya, ia memaparkan bahwa agenda Teologi Postkolonial pantas menjadi sebuah wacana nasional agar bisa mengembalikan warga negara menjadi subyek sejarah dengan narasinya sendiri tentang peluang membangun hidup baru di sebuah negara yang adil, merdeka dan sejahtera, Selain itu semoga investigasi teologis dalam mencari pemahaman tentang apa arti jatidiri sebagai warga negara yang merdeka itu bisa menjadi semacam gugatan kegelisahan manusia ditengah maraknya kekerasan, kelaparan dan migrasi lokal dan global yang tumbuh pesat di dunia saat ini.
Sebelum orasi telah diadakan pula misa syukur yang dipimpin oleh Vikaris Jendral Keuskupan Bandung, Pastor Paulus Wirasmohadi Soerjo, Pr. Lalu ada kata sambutan dari Rektor Unpar, Prof. Dr. Robertus Wahyudi Triweko, ketua pengurus yayasan, Prof. Dr. B. Kusbiantoro, dan Koordinator Kopertis Wil IV, Prof. Dr. Abdul Hakim Halim. Dalam kata sambutanya, Pak Triweko, menyampaikan bahwa ada empat hal penting yang hendak mendapat prioritas selama empat tahun ke depan, yaitu revitalisasi nilai-nilai dasar, konsolidasi internal sumber daya manusia, penataan sistem, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian yang relevan dengan pembangunan bangsa. Hal ini dilaksanakan sebagai upaya menuju terciptanya komunitas akademik humanum yang bersemangat kasih dalam kebenaran (caritas in veritate).
Dirgahayu Universitas Katolik Parahyangan! (Rosiany T Chandra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar