Rabu, 23 Mei 2012

PEGANG ERAT SALIBNYA

“Ueeenaaak…!!!”, itu adalah jawaban standar Bruder Samidi, ketika mengomentari rasa makanan yang sedang disantapnya. Hal ini merupakan salah satu yang disampaikan Pastor Darno tentang Bruder Samidi dalam homili misa requiem sore itu, Selasa, tanggal 20 Maret 2012 Bruder Justinus Samidi, OSC telah menghadap Yang Kuasa pagi harinya, pada pkl 7.30 di RS St Boromeus. Sejak ia dibawa ke rumah sakit pada tanggal 19 Feb yang lalu, paramedis telah berusaha maksimal melakukan yang terbaik baginya, namun kondisinya pasca operasi kian menurun. Konfrater di Pandu secara bergiliran menemaninya malam hari di Boromeus. Senin malam itu, giliran Fr Mammouth yang bermalam disana hingga esok paginya. Malam hari itu, Bruder tidur tenang dengan nafas teratur, meski lemah. Pagi hari Selasa, Pst Rob datang untuk menjenguknya. Sesaat kemudian, mereka terkejut mendapati alat bantu medis mencatat angka 0.. Bruder telah pergi selamanya dalam damai… “ Pada hari Minggu yang lalu, saat saya menjenguk Bruder Samidi, ia minta maaf pada saya”, demikian ucap Pastor Darno dalam homilinya. “ Ia memohon maaf atas segala sikapnya yang mungkin tak berkenan pada pastor paroki, termasuk salah satunya mencuri-curi dalam merokok”, sambung Pastor Darno. Bruder Samidi mengatakan bahwa ia lelah dan ingin beristirahat dan pergi pada bulan Paskah. Agaknya, Tuhan memang telah menjemput sesuai dengan waktu yang diinginkannya. Selanjutnya Pastor Darno menyampaikan bahwa Bruder Samidi adalah sosok pribadi yang sederhana, namun memiliki keyakinan dan iman yang teguh. Disamping itu, prinsip logikanya tidak mudah untuk dipahami. Meski demikian, Bruder Samidi telah membawa warna sendiri dalam komunitas di Pandu. Selain itu, Bruder Samidi adalah seorang konfrater yang tak pernah mengeluh akan sakitnya. Saat di rumah sakit, ketika ditanyakan padanya, apa yang sakit, ia senantiasa berucap; “Tidak ada yang sakit.” Sehingga dokter pun memuji sekaligus “bingung” atas daya tahannya. Beberapa hari menjelang ajalnya, Bruder Samidi meminta untuk diberikan salib yang bisa dipegangnya terus menerus. Tampaknya, penderitaannya telah ia persatukan dengan Salib Kristus. Oleh sebab itu, hingga ajalnya tak sedikitpun ia gentar dan goyah akan iman yang diyakininya, bahwa Allah akan menyediakan tempat yang luar biasa indah baginya kelak. “ Bruder Samidi adalah sosok yang sangat perhatian kepada sesama konfrater di rumah dan tak pernah marah”, ujar Pastor Rob Stigter. “ Selain itu, ia amat menikmati hidupnya dengan ringan tanpa keluh kesah “, sambung Pastor Rob kemudian. Disampaikan juga bahwa ia suka memasak nasi goreng dan sup daging babi dalam waktu senggang. Selebran utama dalam misa adalah Pastor Agustinus Sudarno, OSC yang didampingi oleh Pastor Anton Subianto, OSC dan Pastor Johanes Jino Widyasuharjo, OSC sebagai konselebran. Pastor Widyo, demikian ia biasa disapa, adalah keponakan dari Bruder Samidi. Pastor Widyo mengatakan bahwa , pamannya adalah sosok yang amat mempengaruhinya dalam pilihan hidupnya sebagai biarawan. “ Kalau saya saja diterima sebagai biarawan, kamu pasti juga bisa!”, bujuk Bruder Samidi kepadanya. Pastor Widyo juga menyampaikan bahwa pamannya adalah seorang yang sederhana, jujur dan tulus hatinya. “ Selain itu, ia suka memuji orang lain” kata pastor Widyo yang kini bertugas di paroki St Ignatius, Cimahi. Pastor Widyo mengungkapkan bahwa dulu saat ia memutuskan ingin menjadi pastor, ia malah tak meminta izin ke ayahnya. Ia hanya bilang ke Bruder Samidi, yang memang tinggal serumah dengan kedua orang tuanya, yang adalah kakak dari almarhum. Di penghujung homili, Pastor Darno menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh umat yang telah memberi perhatian, membantu dan mempersiapkan segala sesuatu dalam waktu yang singkat. “ Kita semua kehilangan Bruder Samidi, namun perlu bersyukur, bahwa ia telah hadir untuk memberi keyakinan dalam mewartakan iman kepada kita : Penderitaan kita tak ada apa apanya dibanding dengan penderitaan Kristus, ketika kita mampu memegang erat salibNya hingga akhir hayat”, ujar Pastor Darno menutup homilinya. RIP Bruder..(Rosiany T Chandra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar