Sabtu, 25 Agustus 2012

Tradisi Morning Coffee

Usai misa hari Minggu pagi di Kapel Kabar Gembira Maria, Intan bergegas keluar kapel yang terletak di halaman belakang sekolah St Aloysius- Bandung. Kapel bagi para mahasiswa ini sekaligus menjadi tempat beribadat para frater dan pastor dari biara Ordo Salib Suci (OSC), yang memang menempati lahan yang bersebelahan langsung dengan sekolah katolik tersebut.
Intan adalah salah satu mahasiswi katolik di sebuah Perguruan Tinggidi Bandung. Ia segera bergabung dengan teman-teman seiman lainnya, yang sudah menunggu di depan kapel. Mereka saling bertegur sapa, lantas berjalan bersama-sama menuju halaman biara yang menyatu dengan halaman samping kapel. Di ruang makan biara, sudah menunggu beberapa rekan mahasiswa lainnya. Suasana makin riuh penuh canda dan tawa. Beberapa frater juga ikut nimbrung, sehingga menambah semarak Minggu pagi itu. Aroma kopi dan teh menjadi penghangat dan pelengkap keakraban diantara mereka.
Daya Pikat
‘Morning Coffee’, sudah menjadi tradisi Gereja Mahasiswa ( GEMA) sejak awal berdirinya komunitas ini pada tahun 1976. Bermula pada saat itu, Pastor Harry Leermakers, OSC melihat banyak mahasiswa merindukan tempat untuk berkumpul untuk ngerumpi. Baik bagi mahasiswa pendatang dari luar kota maupun dari Universitas dan Perguruan Tinggi setempat. Januari 1976, bersama dengan beberapa aktivis mahasiswa, dimulailah saat itu misa perdana di kapel GEMA (demikian selanjutnya disebut) dengan delapan orang mahasiswa, sebagai tanda didirikannya PUSRO ( Pusat Rohani). Dua minggu kemudian, misa dihadiri oleh enambelas orang. Demikian seterusnya mereka mengajak beberapa teman lainnya.
Seiiring waktu pada tahun 1979, PUSRO berganti nama Gereja Mahasiswa ( GEMA). Lokasi yang dijadikan ajang pertemuan pada saat itu adalah biara OSC. Sejurus berselang, pada tahun 1980 an, di areal belakang GEMA didirikanlah sebuah bangunan tempat sekretariat dengan beberapa ruangan yang dijadikan basis aktivitas mahasiswa di luar kampus. Disini terdapat dapur beserta segala perlengkapannya, ruang tamu, ruang rekreasi, ruang doa, ruang redaksi dan ruang studi yang kini dilengkapi dengan Wi Fi serta beberapa perangkat komputer.
Second Home
Sepulang kegiatan kampus mereka biasanya bersosialisasi sambil mengerjakan tugas-tugas ataupun sekedar saling bertegur sapa layaknya seperti di rumah sendiri.” Tak ada jam malam yang berlaku, namun mereka diwajibkan untuk melapor kepada saya dan satpam, jika harus bermalam dalam mengejar deadline sesuatu yang harus diselesaikan”, pesan Pastor Hendra Kimawan, OSC yang sejak 2009 bertugas sebagai pastor pendamping. Kini, gedung tersebut sedang dalam tahap renovasi, yang diprakarsai oleh beberapa mantan aktivis GEMA.
Pastor (alm) Jan Sunyata, OSC yang saat itu sebagai dosen pengajar agama katolik di ITB membawa banyak mahasiswa katolik untuk ikut bergabung di GEMA. “Setelah bergabung, sebagian besar dari mereka yang memang anak kos, seperti menemukan second home, tempat mereka bisa berbagi dan berlabuh”, ujar Anjar Anastasia, aktivis pendamping mahasiswa di GEMA. “Hingga kini gedung tersebut menjadi tempat nostalgia yang tak pernah putus diantara alumni”, imbuhnya kemudian. “ Meski pada awalnya kami tak saling kenal, ketemu teman-teman disana langsung merasa dekat”, kata Lukas, mantan aktivis dari Flores.
Pengembangan Gereja Mahasiswa
Dari sejak berdirinya hingga kini, GEMA senantiasa didampingi oleh satu dan/atau dua pastor pendamping serta biarawati. Saat masa pendampingan Pastor Dany Sanusi, OSC ( 1995- 1999), GEMA membuka relasi dan jaringan baru dengan kampus Universitas dan Perguruan Tinggi, seperti ITB, Unpar dan Unpad, dimana mulai diadakan kuliah agama katolik bagi mahasiswa katoliknya. Disamping itu Pastor Dany melihat adanya potensi jumlah mahasiswa katolik yang kurang lebih berjumlah 500 an saat itu di STPDN ( Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri). “ Sebagian besar mahasiswa tidak punya teman curhat yang bisa menampung gejolak muda mereka”, kenang Pastor Dany. Selain itu letak kampus IPDN (kini Institut Pemerintahan Dalam Negeri)di Jatinangor jauh dari gereja terdekat yang ada. Selain IPDN, kampus UNPAD dan dua perguruan tinggi lainnya juga berada di wilayah Jatinangor.
“ Pihak IPDN merespons baik usulan yang disampaikan untuk membangun sebuah kapel di dalam lahan IPDN” jelas Pastor Dany kemudian. Dan tak lama kemudian berdirilah kapel St. Albertus Magnus, yang sedari awal didirikan, bukan hanya tempat beribadat para mahasiswa, namun juga terbuka bagi umat yang tinggal di sekitar kampus. Kegiatan di St Albertus Magnus kemudian menjadi bagian dari reksa pastoral Gereja Mahasiswa.
GEMA Sebagai fasilitator
Secara struktural, GEMA diketuai oleh seorang koordinator ( Leo Naibaho), sekretaris ( Maria Yana) dan bendahara( Caesilia Natalia). Aktivitas anggota mahasiswa ditampung dalam Kelompok Pelayanan GEMA (KPG). Selain dalam kegiatan berliturgi, tiga bulan sekali mereka menerbitkan buklet. Disamping itu, KPG melayani setiap KMK ( Keluarga Mahasiswa Katolik ) yang ada di kampus-kampus dalam setiap kunjungan rutin yang mereka lakukan sebulan sekali, antara lain saling bersilaturahmi dalam menyelenggarakan ibadat bersama. Disamping itu, GEMA bersosialisasi pula dengan merajut jaringan dengan orang muda katolik/non katolik di seluruh Indonesia.
Sebagai fasilitator, untuk mempererat unit unit KMK, GEMA mengajak KMK yang ada di masing –masing Universitas dan Perguruan Tinggi untuk misa bersama. Secara innovatif, GEMA mencoba merancang misa yang berbau orang muda, sejauh tetap dalam kerangka liturgis. Selain itu nilai – nilai yang berbau tradisi dan konvensional diusahakan tetap sebagai daya pikat yang kental. Sudah menjadi tradisi dari generasi sebelumnya, dalam kurun waktu setelah Rabu Abu dan sebelum Minggu Palma, diadakan lima kali Ibadat Rabu Tobat. Ibadat ini menjadi daya tarik sendiri, dimana antara lain ditampilkan drama kecil, pembicara dengan tema dan penyajian yang berbeda, baik dari dalam maupun luar gereja. Ibadat ini biasanya melibatkan rumah biara lain, imam Projo, susteran & frateran dll.
Kepedulian Dan Pelatihan
Kepedulian sosial GEMA ditunjukkan pula dalam kunjungan ke Panti Werdha, Rumah Yatim dan membagikan makanan ke anak jalanan. Dalam memupuk tunas kepemimpinan, secara rutin dalam lima tahun berturut-turut diadakan Student Leadership Camp. Tahun ini akan diadakan di Gambung ( 27/8- 2/9) dengan tema : Kepedulian. Camp ini terbuka bagi setiap mahasiswa katolik yang berada di dalam/luar Bandung. Berbagai pelatihan lain juga pernah diberikan GEMA, seperti pelatihan liturgi, fotografi, jurnalistik, videografi dan Ajaran Sosial Gereja( ASG). Terdapat kurang lebih 5000 mahasiswa katolik yang berada di Keuskupan Bandung. GEMA terbuka bagi siapa saja yang katolik dan mahasiswa. Tidak diperlukan persyaratan khusus dalam mendaftar. Kini, ada sekitar tiga puluh an mahasiswa yang aktif dalam kegiatan GEMA sehari-hari.
“Sejauh ini, biasanya mereka datang untuk membicarakan berbagai kegiatan yang direncanakan di KMK masing-masing universitas”, jelas Pastor Hendra. “ Ketika kegiatan di KMK berjalan seirama beriringan dengan program aktivitas yang berlangsung di GEMA, disinilah GEMA lebih bersifat sebagai Forum dan fasilitator”, papar Pastor Hendra, seorang ahli Teologi Kitab Suci.
Masalah internal seperti konflik keluarga, tantangan perkuliahan serta keprihatinan soal ekonomi kerap menjadi problematika yang dihadapi para mahasiswa. Sebisa mungkin GEMA berupaya mendampingi mereka dalam mencari solusi yang tepat. Interaksi atau sharing dengan senior bisa menjadi salah satu alternatif solusi yang baik, selain konseling dengan para pastor pendamping jika diperlukan.
“ Dewasa ini masih cukup banyak mahasiwa yang hanya fokus kepada bidang studinya saja, sehingga mengabaikan interaksi dalam belajar berorganisasi”, kata Pastor Hendra dengan nada prihatin. Namun pastor Hendra berharap, mereka datang ke GEMA bukan hanya untuk ngobrol saja, namun lebih sebagai tempat memupuk iman. Seiiring waktu, tradisi mingguan Morning Coffee ini bersinergi dengan CafĂ© du Croisier, acara dwibulanan ‘spiritual evening coffee’ dari biara OSC yang dikemas dengan presentasi, ngerumpi serta diskusi topik topik rohani yang menyengat jiwa muda.
( Rosiany T Chandra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar