Jumat, 24 Agustus 2012

“Uji Nyali” Di Lantai Orang Lain

Salah satu warisan dari para anggota Societeit Concordia dari zaman dahulu yang masih tetap dilestarikan hingga kini di BP Bumi Sangkuriang adalah tradisi Ballroom Nite tiap hari Jumat malam.
Untuk menunjang tradisi serta memupuk bibit bibit baru yang mahir berdansa, BS menyediakan fasilitas pelatihan les dansa Ballroom dan Latin yang dibimbing oleh tiga orang guru yang sudah berpengalaman di arena pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Mereka adalah Ibu Tjia Mei Lan, Deni Rohendi dan Awang. Murid murid yang telah giat berlatih pagi harinya, bisa menyalurkan hobby berdansa mereka di Ballroom Nite dengan iringan band live music. Acara mingguan ini kerap telah dinanti nantikan oleh komunitas dansa BS, maupun oleh penggemar dansa di kota Bandung pada umumnya.
Pada hari Sabtu, tanggal 11 Agustus yang lalu, komunitas dansa BP Bumi Sangkuriang mengadakan outing ke Jakarta. Ibu Tjia Mei Lan, sebagai ketua seksi dansa Bumi Sangkuriang, bersama dengan Pak Darmawan Saputra, wakil ketua III jauh jauh hari sudah merencanakan dan mempersiapkan rencana ini dengan baik.
Tujuan diadakan outing ini adalah untuk saling mengakrabkan dan sebagai penambah semangat diantara para anggota yang telah giat berlatih. Selain sebagai refreshing, para peserta outing juga akan “menguji nyali” di arena dansa orang lain. Ketika group tenis BS mengadakan pertandingan persahabatan ke luar kota, demikian pula halnya komunitas dansa mengadakan uji coba/test floor, berdansa dalam suasana dan publik yang berbeda.
Oleh sebab itu, lokasi yang akan dituju di Jakarta hari itu adalah restoran Sim Yan – Milenium. Tiap Sabtu disana disediakan arena dansa dengan live music. Pengunjung dapat berdansa sambil menikmati santap siang/brunch dari pkl. 10.00 hingga pkl.14.00. Pagi itu pkl. 06.30 seluruh peserta yang berjumlah 19 orang berkumpul di Paskal Hypersquare. Bu Mey Mey, demikian Ibu Tjia Mei Lan akrab disapa, sudah sejak pagi menyiapkan beberapa konsumsi yang akan disantap di bis. Setelah mendata dan berfoto bersama, bis melaju ke Jakarta tepat pada pkl 07.00.
Perjalanan lancar dengan diiringi gelak canda tawa diantara para peserta, hingga tak terasa tepat tiga jam kemudian rombongan sudah tiba di Milenium- Gajah Mada Plaza. Kalau kita membandingkan dengan komunitas tenis yang siap bertanding dengan segala perlengkapan raket dan lain sebagainya. Demikian pula halnya yang terjadi dengan komunitas dansa, berikut sepatu serta baju dansanya. Olahraga dansa ini memang sangat menguras tenaga dan energi. Oleh sebab itu, membawa dua sampai tiga baju ganti merupakan sebuah keharusan dalam setiap acara melantai. “Disamping itu, selain menguras energi fisik, dansa juga menguras energy emosi yang tertuang dalam penghayatan dansa itu sendiri”, tutur Deni, guru tari ballroom di bis. “ Namun usai berdansa, ada sebuah sensasi kepenuhan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sensasi itu hanya bisa dirasakan mulai dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun!”, demikian imbuhnya kemudian yang disambut gelak tawa serta anggukan setuju peserta lain.
Di Sim Yan, rombongan yang terbagi dalam dua meja bundar, segera memesan makanan. Sebagian peserta ada yang langsung menyantap hidangan, namun ada juga beberapa peserta yang langsung melantai. Agaknya lantai dansa lebih menarik daripada hidangan yang menggoda air liur. “ Aku kagok makan euy, kalau lagi berdansa! ujar salah satu peserta.
Dalam diri setiap pedansa, mau diakui atau tidak, selain ingin menikmati alunan musik dalam gerak, pasti ada keinginan untuk ditonton orang. Komunitas dansa Bumi Sangkuriang sudah menampilkan dansa mereka di tengah tengah publik dansa di Sim Yan. Ada kepuasan sendiri yang tersirat di wajah wajah berpeluh anggota rombongan ini. Pasangan Koko – Inge melantai Rumba dengan indahnya. Pasangan Awang – Li Fung menarik perhatian pengunjung dengan goyang Bachata nya. Pasangan Deni dan muridnya juga mencuri perhatian publik dengan tarian waltznya. Felan dan Budi menampilkan seluruh hasil latihan mereka sehari-hari dengan baik. Pasangan Johnny – Susan tetap menawan dan kompak, ketrampilan yang tak dimakan usia. Ada Drg. Yos juga ikut berdansa dengan bu Mey Mey. Ibu Alida yang belum lama bergabung dengan komunitas dansa ini, langsung merasa terpacu ingin segera mahir. Ibu Ingried menghayati setiap gerakan kakinya saat berdansa dengan pak Cen Nan.
Usai berdansa, rombongan meneruskan ‘penjelajahan’ dari lantai dansa ke mall Central Park. Sebelumnya rombongan singgah sejenak di Hotel Royal Regal untuk sekedar melihat arena dansa yang ada disana. Sesampai di mall, peserta berpencar masing masing dengan minat yang berbeda. Ada yang langsung mau makan bakmie, seperti Mbak Hetty. Li Fung, Nelly dan bu Alida segera mencari restoran May Star. Pak Koko, Inge dan yang lainnya ada yang ngopi atau kalap shopping.
Pkl. 19.00, seperti yang disepakati bersama sebelumnya, seluruh rombongan berkumpul kembali di bis dan siap menuju Bandung kembali. Kebersamaan selama perjalanan ini meninggalkan kesan yang kian mengakrabkan seluruh komunitas dansa BS. Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini, terutama kepada Pak Koko, yang telah menginspirasi banyak murid sehingga makin giat berlatih. Last but not least kepada guru guru dansa : Bu Mey Mey, Deni dan Awang yang dengan semangat menularkan ilmunya sehingga tradisi di Bumi Sangkuriang tetap terpelihara. ( Rosiany T Chandra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar